Postingan

Sepasang Mata Dibalik Jendela

Kunamakan dia 'Hangat'. Aku tidak menyadarinya. Tapi baru saja sore ini kuputuskan dia adalah milikku. 🍀🍀🍀 Sore hari, seharusnya aku sudah dirumah. Tapi lihat, sibuknya urusan pekerjaan yang tiada henti membuatku harus menahan kantuk ini lebih lama. Mataku sudah lelah berjam-jam duduk di depan layar biru, terang lampu di ruanganku semakin membuat panas sepasang mata sayu ini. Ah.. kapan selesainya? Ujarku dalam hati. Kualihkan pandanganku sebentar dari layar yang menunjukkan kolom-kolom dan ribuan angka. Melepas kacamata lalu kupenjamkan mataku. Lelah sekali... Kopi saja tidak sanggup membangunkan ragaku yang sudah mendambakan kasur empuk. Aku meruntuki diri sendiri mengapa harus mau menjadi antek para petinggi hanya demi rupiah. Ini memang pekerjaanku, tetapi lembur bukanlah harapan setiap pekerja kantoran yang bahkan kompensasi lemburnya tidak dihitung. Sedih sekali rasanya membayangkan aku harus terus-menerus bekerja seperti ini setiap hari selama dua belas jam. Gajiku t

KERTAS LUSUH

pembelajaran ini tidak semerta-merta aku memahaminya berulang kali mencoba berulang kali membaca berulang kali salah berulang kali jatuh berulang kali terperosok yang dihasilkan tidak dijamin benar yang mereka harapkan terhadapku tidak selalu  sesuai jika suatu hari aku tidak sama seperti gambaran mereka akan diriku, mereka coret aku mereka hancurkan lukisan yang mereka gambar sendiri, tentang aku mereka bakar dengan kemarahan yang bahan bakarnya adalah harapan mereka terhadapku usai itu, mereka berteriak keras "mana boleh kamu akhiri hidupmu mana boleh kamu hakimi dirimu sendiri pikirkan tentang kami pikirkan tentang yang mencintaimu bagaimana bila kami kehilanganmu? jangan bodoh jangan gegabah " seolah aku yang racun yang langu yang mempemalukan Kanvasmu, kanvasmu aku bukan lukisan yang kau lukis aku bukan gambaran yang kau gambar aku punya kanvas sendiri Kanvasku, kanvasku yang akan kugambar sendiri dengan warna-warna hitam, gelap, kelabu, warna yang indah kala kau patahka

RAJAM

  mereka katakan, "Omong kosong!" kemudian berpaling sembari melanjutkan hidupnya tidak lebih baik dariku- mereka katakan, "Benahi dulu sikapmu Benahi dulu ibadahmu Benahi dulu pikiranmu." lalu datang nafsu pada mereka dan menjadi b rengsek setelahnya mereka katakan, "sabar. semua sudah takdirnya semua akan segera berakhir." Demi tubuh yang rapuh, pikiran yang sedang kalut, lidah yang pahit, jiwa yang malang Ia sudah bertahan begitu lama menggantungkan harapan pada cuaca esok apakah hujan apakah terik apakah badai apakah tenang Namun, hingga tetes airmata berubah jadi darah langitnya masih abu-abu pintunya masih tertutup hingga dijanjikannya hari esok lebih baik pun, tak sesenti ia bergerak. Ia telah terajam oleh tapal kuda yang panas Omong kosong katamu, Buruk rupa sikapku, katamu, Kurang ibadah, katamu, Itu kutukan, katamu, Kotor pikiranku, katamu bolehkah kuminta katakan padaku Aku baik Aku sudah berusaha keras Aku sudah berusaha dengan baik Aku berlian

“Penyair”

Gambar

Restu

Bagaimana kukatakan pada mereka? Aku mencintaimu. Aku ingin memelukmu. Aku ingin mendukungmu. Bagaimana kukatakan pada mereka? Aku ingin berteriak sekencang mungkin hingga semua orang mendengar sorak cintaku untukmu. Namun hanya diriku yang mendengarnya. Hanya diriku. Kamupun mungkin tidak tahu Seberapa aku membutuhkanmu Seberapa aku mencintaimu Seberapa aku merindukan dirimu. Aku ingin ada untuk dirimu. Aku ingin aku untukmu. * Mereka Tidak memahami hatiku Jatuh diriku meremas sesak di dada Retak aku sebab yang tidak ingin ku tahu Nyeri dan sepi memenuhi selosong api bara Aku teriakkan sekali lagi, Namun lagi-lagi hanya diriku yang mendengarnya Mereka Tidak bisa aku bantah Tidak mampu aku patah Bungkam aku dengan tamparan Sadarkan bahwa ini takdir Mereka Keraskan suaranya mencintaiku, katanya. Tapi tidak mau aku mencintaimu, anggapnya. Mereka Sebab apa mempengaruhiku Untuk meninggalkanmu Membencimu karena tidak bisa disisimu. Bagaimana sebuah rest

Kelabu

Dalam remang cahaya lilin Sekilas nampak kilauan kasih Meme n darkan arti kekelabuan hati Sesaat seolah redup Membisakan harapan cinta dan kerinduan Dalam dada menyesak arti ketidakpastian Sesekali ingin semua cita teraih Namun, tak dapat menembus batas ruang Yang semakin menjauh Dikala sekelebat kilat menyala Cahayanya menyilaukan mata Bukan terang yang kuraih Namun kegelapan setelahnya Hamparan bunga cinta menjadi merana Kedinginan, ingin ada yang memetiknya Dipandang ditaruh dalam vas bunga Walau nantinya layu Namun hidupnya menjadi berarti Menikmati semua tujuan yang dicapai

Time to Move On

Aku sudah lupa. Itu sudah tertinggal jauh dibelakang Aku tak mau mengingatnya Aku juga tak mau mengenangnya Tidak ada istilah mantan terindah. Kalau memang indah, seharusnya tak menjadi mantan. Ah, anggap saja itu kekalahan. Kalah karena salah memenangkan hati orang Kini sudah waktunya berbenah Ditata lagi yang apik Didekorasi lagi yang cantik Hatinya, pikirannya, jiwanya... Jadikan itu sebuah pengalaman Berkomitmen tak semudah menjatuhkan mangga dari pohonnya Cari yang 'seiman', sepemikiran, dan sejalan dulu Prosesnya panjang. Ah ya, soal mantan... Aku sudah lupa. Itu sudah tertinggal jauh dibelakang Sakitnya sudah ku tinggalkan bersama kenangannya Sudah lupa. Kini waktunya berbenah Tinggal bagaimana aku mencari bahagia Dengan orang yang berbahagia pula. :) there is no more:  jwysbi-hndsp290413