KANKER HATI (bab 1)

Aku melempar sesuatu yang berada didekatku. Benda itu mengenai dinding di sisi lain dan pecah berkeping-keping. Ketika aku melihatnya, aku seperti melihat pantulan dari dalam hatiku. Pecah, hancur, berkeping-keping, tak terlihat lagi bentuk aslinya.

Dia datang!
Aku hanya terduduk di sudut kamar. Terisak. "Kau hanya perlu bilang 'ya', Nak. Dan semua masalah akan segera selesai. Semuanya akan berakhir," katanya. Dari nadanya terlihat dia sangat marah dan kesal.

Aku masih diam.
"Aku tak tahu apa yang kau pikirkan. Tapi cepatlah buat keputusan! Aku tak suka melihatmu menangis dan menangis saja. Dunia ini tak pantas untuk kau tangisi, Anakku,". Aku melihatnya mendekat, tetapi dengan secepat kilat aku berdiri dan menghentikan gerakannya.

"Aku bukan anakmu!" kataku tajam. Dia berdiri diam sejauh 5 langkah dariku. Kemudian dia maju dan mengangkat kedua tangannya. Mengajakku untuk menggandeng tangannya. Tapi aku memalingkan mukaku, aku tak sudi menerima ajakannya untuk tetap hidup di penjara ini. Sudah 10 tahun aku hidup sengsara dan diperlakukan dengan tidak manusiawi. Aku lelah. Aku marah. Dan aku juga merasa sakit. Sakit yang begitu dalam hingga tangis saja rasanya tak mampu mengurangi bebanku.

Ruangan itu hening. Kami tetap diam dengan pikiran masing-masing. Bahuku turun, dan aku kembali jatuh terduduk lesu. Aku menangis. Menangis sekeras-kerasnya.

Dia menggenggam tanganku. Aku diam saja. Dia menarikku kedalam pelukannya. Aku tak menolak. Lalu dia mengangkatku, menggendongku dalam pelukan hangatnya. Aku tahu dibalik sikap kerasnya selama ini, ada rasa kasih sayang yang begitu besar kepadaku. Aku tahu semuanya.. Aku tahu apa yang dia rasakan, dari pelukannya itu.

Dia menidurkan aku di spring bed hijauku. Kepalaku berputar, pusing. Jadi aku biarkan dia menyelimutiku dan membisikkan kata yang membuatku tenang.

Malam itu..
Aku tertidur pulas. Sejak 10 tahun aku tidur tidak lebih dari 3 jam. Malam itu.. Aku tidur hingga pagi. Dan aku tak menemukan satu orang pun di rumah kelabu milik keluarga konglomerat itu.
Aku ditinggalkan..
Sendirian.. Di rumah itu.

~bersambung~

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hardly...

KERTAS LUSUH

Time to Move On