Postingan

Menampilkan postingan dengan label Cerpen

Sepasang Mata Dibalik Jendela

Kunamakan dia 'Hangat'. Aku tidak menyadarinya. Tapi baru saja sore ini kuputuskan dia adalah milikku. 🍀🍀🍀 Sore hari, seharusnya aku sudah dirumah. Tapi lihat, sibuknya urusan pekerjaan yang tiada henti membuatku harus menahan kantuk ini lebih lama. Mataku sudah lelah berjam-jam duduk di depan layar biru, terang lampu di ruanganku semakin membuat panas sepasang mata sayu ini. Ah.. kapan selesainya? Ujarku dalam hati. Kualihkan pandanganku sebentar dari layar yang menunjukkan kolom-kolom dan ribuan angka. Melepas kacamata lalu kupenjamkan mataku. Lelah sekali... Kopi saja tidak sanggup membangunkan ragaku yang sudah mendambakan kasur empuk. Aku meruntuki diri sendiri mengapa harus mau menjadi antek para petinggi hanya demi rupiah. Ini memang pekerjaanku, tetapi lembur bukanlah harapan setiap pekerja kantoran yang bahkan kompensasi lemburnya tidak dihitung. Sedih sekali rasanya membayangkan aku harus terus-menerus bekerja seperti ini setiap hari selama dua belas jam. Gajiku t...

Aku dan Sekeranjang Mawar

Siang itu, aku baru saja selesai membantu Ibu menata bunga-bunga cantik di toko bunga milik ayah. Aku duduk di bangku taman belakang rumah yang disulap menjadi taman mawar. Bunga indah nan cantik. Merah kesukaanku. Aku melamun, menikmati udara paling sejuk yang pernah kuhirup. Kulihat, bunga-bunga cantik yang kutanam sejak ku kecil kini sudah mulai tinggi dan menunjukkan pesonanya. Tangkainya saling beradu, melambai-lambai mengikuti arah angin. Hal yang paling kusukai adalah ketika aku memanen bunga yang sudah besar untuk dijual. Merah.. kuning.. putih.. ungu….. Siapa sangka, ada yang tidak suka melihat kecantikannya. Aku mengerti, kenapa kakakku sangat membenci bunga cantik ini. Setiap kali aku memanen bunga yang sudah siap untuk dijual, dia akan membanting keranjang yang penuh dengan mawar segar. Dia sangat benci. Apakah karena kekasihnya? Rosa namanya. Dia anak yang cantik. Kulitnya putih mulus, pipinya merah merona tanpa polesan bedak, poni lucu menutupi jidatnya yang lebar....

ADA YANG HILANG

Ia menyesap minumannya pelan dan memandang keluar jendela. Salju mulai turun lagi. Ia berdiri di sana beberapa saat, memandangi butiran salju yang melayang-layang di luar. Ada yang hilang. Keningnya berkerut samar. Tentu saja ada yang hilang. Ia tahu benar ada sesuatu yang hilang. Hanya saja ia tidak tahu apa yang hilang itu. Dan apakah sesuatu yang hilang itu penting atau tidak. Ia menarik napas dalam-dalam. Yah… mungkin bukan sesuatu yang penting. Ia berputar membelakangi jendela dan memandang ke sekeliling ruangan. Aula besar itu mulai ramai. Orang-orang terlihat gembira, saling tersenyum, tertawa, dan mengobrol. Seorang kenalannya tersenyum dan melambai ke arahnya. Ia balas tersenyum dan mengangkat gelas. Tepat pada saat itulah dia melihat orang itu. Orang itu baru memasuki ruangan. Matanya tidak berkedip mengamati orang itu menyalami beberapa orang sambil tersenyum lebar. Aneh… ia menyadari dirinya tidak bisa mengalihkan pandangan. Ia melihat orang i...

Dia.. hanya dia dihatimu

Aku bukan orang yang pintar menuliskan kata-kata ajaib. Aku juga tidak pintar apalagi bijak. Tapi jika sudah menyangkut hati, kurasa semuanya tak lagi membuat ragu untuk berkata, meskipun kata-kata itu sederhana.. Baru kemarin aku dengar suaranya dari teleponmu. Dia masih bisa bercanda denganmu. Aku bersyukur kamu bisa tertawa dengannya. Bisa ku bayangkan saat itu wajahmu jadi gembul dan matamu gak keliatan alias sipit karna tertawa saking lebarnya.  Aku merasa bisa melihatmu disana, meskipun hanya lewat pesawat telepon. Aku ikut senang kalau kamu senang seperti itu. Hey.. Aku punya satu khayalan tentang Dia. Mungkin aneh dan pengen muntah waktu bacanya. Tapi kumohon bacalah sampai akhir. Aku ingin menyenangkanmu. Aku pasti akan senang kalau kamu senang :') Dia ibaratkan Laut. Kamu tau laut kan? Warna biru yang mendominasi laut menjadikan laut itu tampak tenang. Meskipun biru bukan warna favoritku, tapi percayalah. Biru dapat menenangkan hati yang sedang galau. :) ...

Dibalik Nisan Kubur Dan Tanah Merah Basah

Aku disini terpaku, terduduk manis di depan nisan kuburan itu.. Menunduk memandanginya.. Bukan memandangi nisan atau tanahnya.. Tapi membayangkan 'sesuatu' yang di dalamnya.. Seonggok daging tak bernyawa,, tak bernafas,, tak ada kehidupan,, dingin dan kaku.. Terbaring lemah disitu. Seperti ada yang memanggil namaku.. Meronta-ronta ingin keluar dari tempat gelap dan lembab tersebut. Memanggil namaku dengan suara rintih dan sayup-sayup.. Meminta ingin aku menyusulnya.. Menemaninya terbaring disana. Aku hanya diam. Terus memandangi makam tersebut. Membayangkan apa yg terjadi di dalamnya. Ku pandangi nisannya.. Tertulis disana : (namanya) Lahir : 04-03-1959 Wafat : 16-07-2010 Aku mengelus kepala nisan.. Dan satu butir airmataku jatuh, mendarat ditanah merah yang basah itu. Meratapi semua yg telah terjadi. Menyia-nyiakan kasih sayang dan cinta semasa hidupnya. Diatas batu nisan putih dan tanah merah basah itu.. aku menangiss..

Yu Yuan

Kisah tentang seorang gadis kecil yang cantik yang memiliki sepasang bola mata yang indah dan hati yang lugu polos. Dia adalah seorang yatim piatu dan hanya sempat hidup di dunia ini selama delapan tahun. Satu kata terakhir yang ia tinggalkan adalah 'saya pernah datang dan saya sangat penurut'.Anak ini rela melepaskan pengobatan, padahal sebelumnya dia telah memiliki dana pengobatan sebanyak 540.000 dolar yang didapat dari perkumpulan orang Chinese seluruh dunia. Dia membagi dana tersebut menjadi tujuh bagian, yang dibagikan kepada tujuh anak kecil yang juga sedang berjuang menghadapi kematian, dan dia rela melepaskan pengobatannya.Begitu lahir dia sudah tidak mengetahui siapa orang tua kandungnya. Dia hanya memiliki seorang papa yang mengadopsinya. Papanya berumur 30 tahun yang bertempat tinggal di provinsi She Cuan kecamatan Suang Liu, kota Sang Xin Zhen Yun Ya Chun Er Cu. Karena miskin, maka selama ini ia tidak menemukan pasangan hidupnya. Kalau masih harus m...