ADA YANG HILANG
Ia
menyesap minumannya pelan dan memandang keluar jendela. Salju mulai turun lagi.
Ia berdiri di sana beberapa saat, memandangi butiran salju yang melayang-layang
di luar.
Ada
yang hilang.
Keningnya
berkerut samar. Tentu saja ada yang hilang. Ia tahu benar ada sesuatu yang
hilang. Hanya saja ia tidak tahu apa yang hilang itu. Dan apakah sesuatu yang
hilang itu penting atau tidak.
Ia
menarik napas dalam-dalam. Yah… mungkin bukan sesuatu yang penting.
Ia
berputar membelakangi jendela dan memandang ke sekeliling ruangan. Aula besar
itu mulai ramai. Orang-orang terlihat gembira, saling tersenyum, tertawa, dan
mengobrol. Seorang kenalannya tersenyum dan melambai ke arahnya. Ia balas
tersenyum dan mengangkat gelas.
Tepat
pada saat itulah dia melihat orang itu.
Orang
itu baru memasuki ruangan. Matanya tidak berkedip mengamati orang itu menyalami
beberapa orang sambil tersenyum lebar. Aneh… ia menyadari dirinya tidak bisa
mengalihkan pandangan.
Ia
melihat orang itu mengambil segelas minuman dari meja bulat bertaplak putih
sambil bercakap-cakap dengan seseorang yang berdiri di sampingnya. Kemudian
orang itu mengangkat wajah dan memandang ke seberang ruangan. Tepat ke arahnya.
Mata
mereka bertemu dan waktu serasa berhenti.
Aneh
sekali. Otaknya tidak mengenal orang itu. Ia yakin ia tidak mengenal orang itu.
Tetapi kenapa sepertinya hatinya berkata sebaliknya?
Kenapa
hatinya seakan berkata padanya bahwa ia
merindukan orang itu?
(Diadaptasi
dari salah satu karya Ilana Tan tentang tetralogi 4 musim,
dengan perubahan seperlunya)
Komentar
Posting Komentar