Aku melempar sesuatu yang berada didekatku. Benda itu mengenai dinding di sisi lain dan pecah berkeping-keping. Ketika aku melihatnya, aku seperti melihat pantulan dari dalam hatiku. Pecah, hancur, berkeping-keping, tak terlihat lagi bentuk aslinya. Dia datang! Aku hanya terduduk di sudut kamar. Terisak. "Kau hanya perlu bilang 'ya', Nak. Dan semua masalah akan segera selesai. Semuanya akan berakhir," katanya. Dari nadanya terlihat dia sangat marah dan kesal. Aku masih diam. "Aku tak tahu apa yang kau pikirkan. Tapi cepatlah buat keputusan! Aku tak suka melihatmu menangis dan menangis saja. Dunia ini tak pantas untuk kau tangisi, Anakku,". Aku melihatnya mendekat, tetapi dengan secepat kilat aku berdiri dan menghentikan gerakannya. "Aku bukan anakmu!" kataku tajam. Dia berdiri diam sejauh 5 langkah dariku. Kemudian dia maju dan mengangkat kedua tangannya. Mengajakku untuk menggandeng tangannya. Tapi aku memalingkan mukaku, aku tak ...